Aron Ralston, seperti biasa melakukan pendakian rutinnya di
hari Sabtu seorang diri. Ia berencana untuk menghabiskan hari dengan
mengendarai sepeda gunung dan mendaki batu-batu merah dan pasir di luar Taman
Nasional Canyonlands di Utah tenggara. Ralston berasal dari Aspen, Colorado,
adalah sarjana teknik dan musik yang pernah bekerja selama lima tahun di Intel.
Ralston sendiri telah mendaki tempat itu berkali-kali dan kali ini dia melakukannya sebagai pemanasan untuk sebuah pendakian gunung tertinggi di Amerika Utara. Mengenakan T-shirt dan celana pendek dan membawa ransel ia berencana untuk melakukan ‘Canyoneering’ jauh ke ngarai Bluejohn Canyon. Ranselnya berisi dua burrito (makanan khas Meksiko), satu liter air, alat multi fungsi tapi imitasi bermerek Leatherman, alat P3K, kamera video, kamera digital dan peralatan panjat tebing. Dia tidak membawa jaket. Canyoneering adalah melakukan perjalanan ke ngarai dengan menggunakan berbagai skill : berjalan, mendaki, memanjat tebing dengan menggunakan berbagai peralatan. Canyoneering yang dilakukan Ralston adalah melewati lembah yang bercelah sempit.
Ralston berada 150 meter di atas puncak dinding vertikal Bluejohn Canyon. Dia melakukan manuvernya untuk mencapai bagian atas sebuah batu besar yang terselip di antara dinding ngarai sempit. Dia mulai memanjat permukaan batu dan rasanya sangat stabil ketika ia berdiri di atas. Ketika ia mulai turun di sisi yang berlawanan, batu seberat 800-pound (kurang lebih 362 kg) itu tiba-tiba bergeser, menjepit lengan kanannya – ia terjebak.
Ralston mencoba tali, jangkar dan alat yang ada untuk memindahkan batu, hasilnya batunya tidak bergerak sedikitpun. Berjam-jam jam dia berjuang untuk membebaskan dirinya dari batu tanpa hasil yang posisitf. Di malam hari temperaturnya turun, Ralston masih bekerja untuk membebaskan dirinya sendiri. Minggu dan Senin berlalu, tapi ia masih terjebak. Sinar matahari sampai di lantai ngarai sempit hanya untuk waktu yang sangat singkat waktu setiap hari. Dia kehabisan makanan dan air pada hari Selasa.
Pada hari Rabu, Ralston mulai menghirup air seni yang telah ia simpan di hari sebelumnya. Dia mengeluarkan video kamera dan merekam pesan terakhir berisi selamat tinggal kepada orang tuanya. Dia lalu mengukir namanya, tanggal lahir, dan apa yang dia yakin adalah hari terakhirnya di bumi ke dinding ngarai. Di atasnya dia mengukir RIP.
Ralston siap untuk mengamputasi lengan kanan di bawah siku
dengan menggunakan pisau multi fungsinya. Menyadari bahwa pisau itu tidak cukup
tajam untuk memotong tulang lengan ia menekan tangannya melawan batu dan
mematahkan tulangnya sehingga dia akan bisa memotong tangannya melalui
jaringan. Pertama ia mematahkan tulang radius, yang menghubungkan siku dengan
jempol. Dalam beberapa menit ia memecahkan ulna, tulang di bagian luar lengan
bawah. Selanjutnya ia menerapkan tourniquet yaitu membebat atau mengikat erat
lengannya. Dia menggunakan pisau untuk mengamputasi lengan kanan di bawah siku.
Seluruh prosedur dibutuhkan kurang lebih satu jam.
Ralston memberikan pertolongan pertama untuk dirinya sendiri dari kit kecil di ransel. Ia menancapkan jangkar dengan tali di tempat itu. Ia kemudian mendaki 5 mil ke hilir Horseshoe Canyon yang berdekatan, di mana ia bertemu dengan keluarga wisatawan dari Belanda yang sedang berlibur.
Pasangan Belanda Eric dan Monique Meijer dan putra mereka, Andy, mulai keluar dari ngarai ketika mendengar suara di belakang “Tolong, saya butuh bantuan”. Pasangan itu segera menyadari bahwa dia pasti seorang pendaki yang hilang seperti keterangan dari petugas sehari sebelumnya..
Ralston berjalan cepat menuju pasangan ini dengan lengannya yang digantung di sling buatan sendiri dan ia berbicara dengan jelas: “Halo, nama saya Aron, saya jatuh dari tebing pada hari Sabtu dan saya terjebak di bawah batu besar. Saya memotong tangan saya empat. jam yang lalu dan saya memerlukan pertolongan medis. Saya butuh helikopter “.
Istri dan anak Eric mencoba untuk keluar lebih dulu dari
ngarai secepat mungkin untuk mendapatkan bantuan. Eric bersama dengan Aron
untukn memberikan dia makanan, air dan dukungan mental. Meskipun kehilangan
darah, Ralston tetap mampu berjalan tapi pasir di dalam sepatunya mulai
mengganggu dia. Dia berhenti sejenak di tempat yang teduh untuk menghilangkkan
pasir dalam sepatunya lalu melanjutkan perjalannnya lagi.
Tiba-tiba awak pesawat melihat dua orang di Horseshoe Canyon melambai. Ini adalah istrinya Eric dan anaknya dan mereka memberikan sinyal ke arah helikopter dan menunjuk ke arah korban. Awak pesawat merespon dengan cepat dan mendarat di tempat yang luas di lembah dekat Ralston. Kru pesawat terkejut saat melihat – lapisan darah kering dan segar tubuhnya – dan lengan yang hilang.
Ralston menyandarkan kepalanya kembali helikopter dan menghirup air. Vetere mengajaknya ngobrol, sehingga dia tidak akan kehilangan kesadaran. Dua belas menit kemudian, helikopter tiba di Allen Memorial Hospital di Moab, Utah. Ralston masuk ke ruang gawat darurat tanpa bantuan, kemudian menunjuk pada peta di mana dia telah terjebak.
Para penyelamat heran Ralston tetap hidup. Sebuah helikopter kemungkinan besar tidak akan menemukannya karena posisinya di celah lembah yang dalam dan sempit. Aron Ralston memiliki semangat luar biasa untuk hidup, dia tidak pernah menyerah dan akhirnya dia selamat.
Kisah Ralston sendiri sudah diangkat ke layar lebar dengan judul “127 Hours” dengan pemerannya James Franco.
bagi yang mau lihat video asli ketika Aron terjebak, klik disini
Buat download film 127 Hours, disini....
No comments:
Post a Comment
Apabila ada yang mau kritik, saran atau laporan link rusak, jangan takut untuk berkomentar...
*Saya harap bagi yang mengomentar, jangan pakai anonim. Pakai akun google. Kalau tidak punya, gunakan URL blog, facebook atau twitter anda....